Minggu, 15 Desember 2019

AIR MATA BIANGLALA


Telah ku tanam sebuah nama di dalam genggaman
Ku lempar ke udara untuk mengubah badai menjadi semilir do'a
Menyebutmu dengan bahasa embun
Berbutir riuh sangkal di ujung dedaunan
Dan meneteskan haru pilu di malam purnama
Benih itu sempat menghilang di tepi laut
dan dikembalikan segumpal angin dalam keadaan carut marut.
Aku tersentak oleh lintas roda dunia
Dan kau terlunta diatas pusara asa.
Seuntai benang merah muda seketika menjadi merah tua
Serupa matahari tercelup di lautan menutup cerita.
Sebelum cahayanya tuntas membiaskan rona bianglala
Patahan ini tak lebih menyakitkan dari pada bisik bintang kejora
Prasangka menekan sunyi malam melumpuhkan kalimat puja.
Tawa senyap kedinginan oleh cahayanya sendiri
Cahaya dalam satu kepalan malam yang tak dikehendaki
Simpanlah air matamu..
Tinggalkan aku..
By: Zaini Dawa
Madura
23 desember 2019

Sabtu, 07 Desember 2019

THE TEARS OF BIANGLALA

Masterpiece: Zaini Dawa

I have planted a name in my grip
I have thrown it to the air to change a strom to breezy prayers
Calling you with dew language
giving boisterous denial at the end of the leaves
And dripping a pity and sad sense at fullmoon night.
The seed has disappeared at the beach
And returned by a lump of wind in a mess
I am struck by the cross wheel of the world
And you're stuck above the grave of hope.
A pink yarn instanly changed into dark red
Like the sun immersed in the sea closing the story.
Before the light is complately refracting the colours of bianglala
This fracture is no more painful than the morning star's whisper
Prejudice suppresses the silence of night,
paralyzing the praise sentences.
A quiet laughter is cold with its own light
A light in one grip unwanted night.
Save your tears ..
Leave me...
please..!!

Madura
The 13th of january 2020

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...