Aku bukanlah batu bata
Tak harus di ukur sama
atau di pasang rata
Aku anak manusia
punya bisa...
punya beda...
Kau tak perlu kecewa...
Sebab usahamu tak sia-sia
Kau rela jadi jembatan kayu
Tujuh belas tahun menderita
oleh panas matahari dan
hujan
kau...Di puja
tak terbang
kau...Di caci
tak tumbang
kau...Di benci
tetap sayang
Di matamu aku
semata wayang
Di pagihari....
Ketika aku datang kau telah
siaga
di siang hari...
Ketika aku pergi kau ucap
dada
Di sore hari...
kau pinjami aku tasbih penghitung waktu
Sebab roda
zaman bebas menggilas
Siapa saja
yang lengah pasti terlindas
Di malam hari...
Aku kira kau lupa...
Eh, ternyata
kau kirimkan senandung do’a merobek langit
Kau aktifkan sinyal kuat
menembus jagat
Kau kirimkan pesan
suara dalam kemasan do’a
Di belahan sepertiga malam aku terjaga
Kemudian menciptakan rakitan tenaga
Tenaga baru untuk merobek derah kopompong
Melatihku... agar kuat...
tahan, dan tak rapuh
Terima kasih guru.....
Aku ibarat ulat dalam
kepompong
Aku sesak...
Aku gelap...
Aku pengap...
Aku berjajnji...
Aku akan membuatmu tersenyum
Dengan kepakan sayap
pertamaku.
Tanpa meremehkan matahari
Ku akan mengajakmu terbang mengelilingi taman
Walau di tertawakan sinis burung–burung di angkasa
Belum jauh ku
rasa melangkah
Bahagia mulai
menjerat mega merah
Padahal...
masih banyak
tanya yang belum terungkap
masih banyak
mimpi indah yang tersekap
Aku sadar...
Mungkin perpisahan ini sebuah isyarat
Bahwa aku tidak akan tumbuh dewasa bila selalu kau
dekap
Bahkan tumbuh kerdil dalam belaian manja
Saat ini, tak
ada lagi kata berkias
Seindah
lukisan pengabdian cinta
Yang tak dapat
di takar dengan gundukan emas
berpasang mata
melotot mulut menganga
Latah diam
tiada kata menjelma
Untuk menterjemah kata yang ranggas
sekali lagi.......
kebahagianku robek dalam mendung
bila tak kau lepas aku dengan senyummu.
tetaplah tersenyum walau dalam paksaan
maafkan aku...
bila aku luput mecatat sebagai kenangan...
atau kemenagan...
ya Allah ya tuhanku....
ikat kami dengan lilitan rindu
agar kami mengingatnya selalu
walau berbatas jarak dan waktu
sampai mati-pun... kami
perluCipta: zaini dawa