Rabu, 18 Juni 2014

PESAN PERPISAHAN



Aku bukanlah batu bata
Tak harus di ukur sama
atau di pasang rata
Aku anak manusia
punya bisa...
punya beda...
Kau tak perlu kecewa...
Sebab usahamu tak sia-sia
Kau rela jadi jembatan kayu
Tujuh belas tahun menderita
oleh panas matahari dan hujan
kau...Di puja tak terbang
kau...Di caci tak tumbang
kau...Di benci tetap sayang
Di matamu aku semata wayang
Di pagihari....
Ketika aku datang kau telah siaga
di siang hari...
Ketika aku pergi kau ucap dada
Di sore hari...
kau pinjami aku tasbih penghitung waktu
Sebab roda zaman bebas menggilas
Siapa saja yang lengah pasti terlindas
Di malam hari...
Aku kira kau lupa...
Eh, ternyata
 kau kirimkan senandung do’a merobek langit
Kau aktifkan sinyal kuat menembus jagat
Kau kirimkan pesan suara  dalam kemasan do’a
Di belahan sepertiga malam aku terjaga
Kemudian menciptakan rakitan tenaga
Tenaga baru untuk merobek derah kopompong
Melatihku... agar kuat... tahan,  dan tak rapuh
Terima kasih guru.....
Aku ibarat ulat dalam kepompong
Aku sesak...
Aku gelap...
Aku pengap...
Aku berjajnji...
Aku akan membuatmu tersenyum
Dengan kepakan sayap  pertamaku.
Tanpa meremehkan matahari
Ku akan mengajakmu terbang mengelilingi taman
Walau di tertawakan sinis burung–burung di angkasa
Belum jauh ku rasa melangkah
Bahagia mulai menjerat mega merah
Padahal...
masih banyak tanya yang belum terungkap
masih banyak mimpi indah yang tersekap
Aku sadar...
Mungkin perpisahan ini sebuah isyarat
Bahwa aku tidak akan tumbuh dewasa bila selalu kau dekap
Bahkan tumbuh kerdil dalam belaian manja
Saat ini, tak ada lagi kata berkias
Seindah lukisan pengabdian cinta
Yang tak dapat di takar dengan gundukan emas
berpasang mata melotot mulut menganga
Latah diam tiada kata menjelma
Untuk  menterjemah kata yang ranggas
sekali lagi.......
kebahagianku robek dalam mendung
bila tak kau lepas aku dengan senyummu.
tetaplah tersenyum walau dalam paksaan
maafkan aku...
bila aku luput mecatat  sebagai kenangan...
atau kemenagan...
ya Allah ya tuhanku....
ikat kami dengan lilitan rindu
agar kami mengingatnya selalu
walau berbatas jarak dan waktu
            sampai mati-pun... kami perlu


                                                                         Cipta: zaini dawa

Jumat, 13 Juni 2014

PEMUJA CINTA



Getar-getar halilintar tak bercadar
Melingkar dibalik cakar
Aku laksana kayu bakar
Bediri tegak berakar
Berlari mengejar fajar
      Sang pemuja cinta kini bersimpuh erat
      Dalam gubuk bisu betis berlipat
      Tangan hampa terangkat merapat
      Mengadu pada tuhan pemberi rahmat
      Tentang nostalgia yang masih bersimpul erat
Tirai-tirai mantra mendupa cipta
Menjampi asap kemenyan lalu di puja
Hingga..... Menjadi..... sekuntum bunga
Cipta:  Moh. Zaini

MASA LALU NAFAS KEHIDUPAN



Diantara tandu duduk dan nyala api yang membara
Aku bercerita pada bintang gejora
dia jadi saksi ketulusan cinta
Karena dia tak pernah berdusta
      Jujur saja engkau adalah masa laluku
      Yang tak dapat pergi atau hilang
      Yang tak dapat musnah ataupun lekang
      Karena engkau adalah nafas hidupku
Wahai bidadari manis....
Mengapa engkau diam?
Katakan..!
“Aku masih sayang padamu”
Cipta:  Moh. Zaini

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...