Rasanya aku ingin mencungkil mataku
Dan menutupinya dengan bayangan hitam di pundakmu
Tapi, itu tidak mungkin
Karena aku masih ingin melihat akhir kisahmu
Kisah bersamanya yang kau pertaruhkan atas diriku
Sekalipun sangat menyakitkan.
Ketika burung-burung camar menari
Menanti kehangatan mentari pagi
Airmata adalah caraku berbicara tentang langit yang terlihat kosong
Kepada awan yang menyimpan pelangi
Kepada angin yang menggoyang ilalang
Kepada ranting yang menaggung putik dan benangsari
Aku mengutuk bayangan mesra di depan mataku sendiri...
Sebuah kenyataan yang tak pernah aku bayangkan akan terjadi dalam hidup ini.
Menanti kehangatan mentari pagi
Airmata adalah caraku berbicara tentang langit yang terlihat kosong
Kepada awan yang menyimpan pelangi
Kepada angin yang menggoyang ilalang
Kepada ranting yang menaggung putik dan benangsari
Aku mengutuk bayangan mesra di depan mataku sendiri...
Sebuah kenyataan yang tak pernah aku bayangkan akan terjadi dalam hidup ini.
Engkau benar-benar keterlaluan
Tidak memperhatikan bagaimana hancurnya hatiku.
Tidak memperhatikan bagaimana hancurnya hatiku.
Dari semua kata sedih yang pernah aku katakan
Tak lebih menyiksa dari penhgkhianatan.
Meleleh... Membara... dan mendidih...
Di dalam tubuhku yang dulu pernah engkau kagumi.
Tak lebih menyiksa dari penhgkhianatan.
Meleleh... Membara... dan mendidih...
Di dalam tubuhku yang dulu pernah engkau kagumi.
Aku tidak marah...
Aku hanya kecewa...
Kecewa yang menutup semua pintu rayu.
Aku hanya kecewa...
Kecewa yang menutup semua pintu rayu.
Sumenep, 13 Juli 2020
Zaini Dawa
Zaini Dawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar