Senin, 30 Agustus 2021

AKU BENAR-BENAR PAYAH

Aku yang bodoh
Tak perlu kau teriakkan pada langit
Pada bumi
Pada matahari
Pada pada rumput
Sebab kebodohanku berkaca pada bening matamu
Yang berbinar-binar hinggapi nada sumbang
Sementara tembang-tembang bernada cinta
Larut di dalam embun pagi yang sekejap lalu pergi

Matahari dan bulan bisa saja gerhana
Sewaktu-waktu kekaguman tak lagi saling jaga
Kuhilangkan rasa yang tak dimengerti emosi
Sekalipun kepasrahan terbakar api.

Begitu bodohnya aku menjadi lilin kecil di ruang sempitmu
Daging-daging yang kubanting meneteskan keringat kuning*
Penanggalan-penanggalan yang kuremas air mata yang menetes 
Aku tak mengerti kapan harus bernyanyi, menari, berhenti
Dan dimana harus menyembunyikan naskah dramedi ini..

Aku bukan tak sanggup melupakanmu hanya dengan sekali terpejam
Tapi...
Aku memilih melihatmu tersenyum lalu terpejam dalam dalam 
Daripada diam-diam menghilang lalu tenggelam ke dalam duka yang mendalam.


Sumenep, 29 Agustus 2021

ZAINI DAWA
________________

* peribahasa madura "keringat kuning" berarti keringat terakhir saat bekerja keras atau bisa dimaknai "puncak kelelahan


Senin, 23 Agustus 2021

RUMAHKU

Ini rumahku.
Di sini, tidak menghargai kejujuran
Enggan mengakui kehebatan
Gemar menutupi bukti-bukti kebenaran
Tegas dianggap melawan
Berpendapat dianggap sok hebat
Protes dianggap tidak waras
Memberi solusi dianggap menggurui.

Kalau hanya kesetiaan yang dibutuhkan
Buaya dan anjing pun juga tunduk dan patuh tuan
Kepada siapa saja yang memberi makan
Perintah apapun dilakukan
Menggonggong lalu makan
Menjaga lalu jalan-jalan
Dan menjilat lalu hajatan.

Rumahku yang megah sorganya penjajah
Selagi kecil dibesarkan lalu dicampakkan
Selagi bodoh dibina lalu dibinasakan
Aku dipaksa sakit tanpa gejala
Dipaksa gila dirumah sakit jiwa
Sementara suara-suara dari balik tembok
Terbahak-bahak sambil mencekik
Alunan musik meredam padukan suara
Sesekali tersenyum jarinya menunjuk kita-kitab di atas meja.

Ini rumahku...
Di sini sedang tidak baik-baik saja
Pahlawan kebenaran disumpal lalu dibuang
Kemudian barang-barang berharga menghilang
Satu-persatu dikeluarkan dengan paksa
Hanya tersisa tangisan wanita-wanita tua
Meratap kehabisan air mata memandangi baskomnya

Ini rumahku
Cangkul dan sabitku masih menggantung
Mau berladang sawah ditanami gedung
Mau berkebun tanah ditanami investor asing.

Perahu dan jaringku masih bersandar
Mau melaut laut dibajak.

Gerobak lapuk berkarat di halaman
Mau berdagang pasar dikuasai preman

Aku malu pada tetangga
Rumahnya kecil tapi bahagia.
Ini rumahku
sebenarnya rumah apa??

Sumenep, 22 Agustus 2021

Zaini Dawa

Sabtu, 14 Agustus 2021

BUAYA SATU MUARA

https://youtu.be/asa2xH_QzfA

Kau sebut aku pengecut...!?
Ku jawab "emang gue pikirin"

Kau sebut aku bajingan...!?
"Gue kagak peduli"

Kau sebut aku maling...!?
"Ahh.. masa bodoh"

Kalau aku tidak jadi maling
Aku mau jadi apa...???
Bayangkan saja...!!!
Ijazahku mahal
Meja kursiku mahal
Ongkos kendaraanku mahal
Suaramu juga mahal

Begitulah kehidupan pasar
Kamu jual, aku bayar
Kamu diam, makin liar
Kamu lapor, barang bukti kubakar
Kamu turun jalan, gelar aksi
Aku main hakim sendiri
Atau bahkan main hakim ramai-ramai.

Maka, buang saja telunjukmu jauh-jauh dari mukaku
Sebab, kami adalah buaya satu muara.


Sumenep, 09 Agustus 2021

ZAINI DAWA

Sumber inspirasi👇🏻
https://youtu.be/JotcWv-lZCg

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...