Aku yang bodoh
Tak perlu kau teriakkan pada langit
Pada bumi
Pada matahari
Pada pada rumput
Sebab kebodohanku berkaca pada bening matamu
Yang berbinar-binar hinggapi nada sumbang
Sementara tembang-tembang bernada cinta
Larut di dalam embun pagi yang sekejap lalu pergi
Matahari dan bulan bisa saja gerhana
Sewaktu-waktu kekaguman tak lagi saling jaga
Kuhilangkan rasa yang tak dimengerti emosi
Sekalipun kepasrahan terbakar api.
Begitu bodohnya aku menjadi lilin kecil di ruang sempitmu
Daging-daging yang kubanting meneteskan keringat kuning*
Penanggalan-penanggalan yang kuremas air mata yang menetes
Aku tak mengerti kapan harus bernyanyi, menari, berhenti
Dan dimana harus menyembunyikan naskah dramedi ini..
Aku bukan tak sanggup melupakanmu hanya dengan sekali terpejam
Tapi...
Aku memilih melihatmu tersenyum lalu terpejam dalam dalam
Daripada diam-diam menghilang lalu tenggelam ke dalam duka yang mendalam.
Sumenep, 29 Agustus 2021
ZAINI DAWA
________________
* peribahasa madura "keringat kuning" berarti keringat terakhir saat bekerja keras atau bisa dimaknai "puncak kelelahan