Senin, 09 Juni 2025

AKU BISA SAJA MEMETIKMU

AKU BISA SAJA MEMETIKMU
Zaini Dawa

Melati
Aku bisa saja memetikmu
Tapi, aku tidak melakukannya
Bukan tidak mau
Kamu akan layu di saat wangi-wanginya 
Gugur di saat segar-segarnya
Rindu mencekam di saat sayang-sayangnya
Cinta ini tidak pernah diajari bagaimana cara mengubur bunga

Sampai hari ini 
Aku masih seperti malam
Meredam detak nadi menyimpan sunyi 
Menjaga mata bagaimana pertama kali terpejam
Bahkan sebelum kau membuka mata aku sudah tersenyum

Menahan umpama di balik kesakitan berwajah tulus
Pantang kucabut dalam menggamit cintaku
Sekalipun terlempar jauh ke dalam mimpi

Sumenep, 09 Juni 2025 

Senin, 30 September 2024

RAPUH

Puisi Prosais
(Zaini Dawa)

Bisaku tawar dalam sunyi
Lenyap sapa ronta aksara
Tampak rupa kurasa hilang kujaga
Betapa rapuhnya aku menanggung rasa ini
Kian lama kian membesar
Semakin kuat semakin ganas
Memulas tenggorokan tanpa jeda
Beringas mencekik cinta yang masih berdenyut

Telah aku katakan pada rindu
Ayo lakukan
Jika tak sanggup
Lakukan dengan mata terpejam
Jemput kematianku dengan cara sesukamu
Aku akan tetap tersenyum
Dengan mata dan telinga terbuka

Ayo lanjutkan
Selesaikan
Tuntaskan
Biarkan aku yang tanggung semua lara dan nyerinya
Sampai kedipan terakhir

Pandanganku tak pernah terhalang apapun
Menyaksikan indahnya purnama di langitmu
Karena itu aku
Aku yang hidup dalam sumpahku sendiri
Sumpah yang telah dicatat di lauhul mahfudz

Dan satu lagi
Aku tidak akan menyalahkan rindu yang nakal ini
Menyalahkan cinta yang enggan berhenti bernapas
Atau menyalahkan siapapun atas kerapuhan ini
Karena hadirmu mewahkan takdirku


Sumenep
23 September 2024

Kamis, 19 September 2024

HOMONYM

Aku sangsi
Kata apa yang akan bertahan di akhir sajakku
Bila huruf-huruf yang kususun dibaca bisa
Meracunimu hingga menjadi bunga tanpa nama

Bisa dan madu satu lafaz dalam segala desah
Satu eja di setiap bisik lirih
Dan prosamu yang membuatku mabuk
Telah mengagalkan aku menjadi sajak

Di sini adaku seperti parafrase
Kupoles setiap diksi dengan kecupan-kecupan di malam purnama
Bertahan karena diistimewakan
Terbuang karena terlalu berisik
Merecoki garis takdir di telapak tanganmu

Baris terakhir kata-katamu berkeringat dingin
Gigil gemetaran
Menjerit ketakutan
Dihantui mimpi terburuk di setiap halaman
Engkau terjaga
Aku terperanjat
Terhuyung memalsukan darah dan nanah
Menyatukan hakikat cinta sejati
Tetap suci di dalam jiwa yang satu


Sumenep, 19 September 2024
(Zaini Dawa)

Selasa, 06 Agustus 2024

BUNGA YANG TERLUKA

BUNGA YANG TERLUKA
(Zaini Dawa)

Mahkotamu selimut tidurku
Aku benar-benar nyenyak dalam dekap hangatmu
Menikmati semerbak wangi napas yang kau embuskan
Cinta ini benar-benar manja
Aku telan semua rasa yang kau punya
Hingga nektar yang kau simpan habis kujadikan madu

Engkau bunga yang terluka
Aku tinggalkan goresan mendalam
Jeritan-jeritan kecil menyatu melumpuhkan malam
Dan langit tidak mampu membendungnya
Itu kata air matamu
Dan aku mengerti setiap kata yang diteriakkannya
Karena aku masih memandangmu sebagai kekasih 

Sejumput do'a berdenyut di dalam kepala benang sari
Do'a yang dipungut dari mimpi-mimpi indah
Satu persatu dikumpulkan menjadi serbuk sari
Hanya aku yang tahu
Tapi, bagaimana cara membuat jiwamu kembali mekar
Berdiri tegak sekalipun di tengah semak belukar
Mematahkan deduri dan ranting-ranting liar
Menebarkan sejuta pesona aroma wangi segar


Sumenep
06 Agustus 2024


Minggu, 14 Juli 2024

ENGKAU ADA DI SINI


Bila kutatap langit
Lalu aku tidak melihatmu di sana
Kulempar pandangan pada dinding kebisuan
Layar mimpi terbuka
Menampilkan senyum yang membuatku berdoa
Serta jerit air mata yang meronta
Kupagari tatapanku dengan jari-jemari
Malah rinduku semakin tak terkendali

Bila kutatap langit
Lalu aku tidak melihatmu di sana
Aku tanya bintang-bintang
Mereka hanya bergeming
Berkedip sayu lalu menghilang
Aku tanya awan
Dia hanya menggeleng
Diam membungkam lalu terbang
Kemudian aku tanya matahari
Dia tersenyum sambil menunjuk kitab suci
Tentang ayat perjalanan matahari dan bulan
Tentang kelopak mayang dan penyerbukan
Diksi paling merdu guratan Ar Rahman

Pantas saja aku tidak melihatmu di sana
Karena sejatinya engkau ada di sini

Zaini Dawa
Sumenep, 14 Juli 2024

Jumat, 14 Juni 2024

OH HATI

OH HATI
Zaini Dawa

Tiada tempat yang layak untukmu, oh hati
Bila diletakkan di tempatnya
Jantung berdebar tak wajar
Sakitnya seperti ditusuk-tusuk duri mawar

Bila digeser sedikit ke kanan
Jauh semerbak dari kelopak
Merinding
Menyisakan putik terbungkus kafan

Bila digeser sedikit ke kiri
Jauh ences dari tawa
Meleleh
Abaikan rindu yang menghangatkan dinginnya malam

Memang
Tidak ada dilema yang mudah dipilih
Tak seperti mengantongi bintang-bintang dalam berpetualang
Petikan demi petikannya yang membuatmu tersenyum
Tak semudah itu untuk kukubur dalam-dalam

Sumenep
14 Juni 2024

Sabtu, 25 Mei 2024

BERPUTIK AIR MATA

Setiap kali kutatap senyum terbelah
Seketika curahan kata-kata terselip manja
Indah bermutiara di selal-sela jemari
Bisikan lirih menggali lubang kehormatan
Mengubur doa yang kalah bertarung di langit
Dialah melati yang kusebut mawar
Putik bersemi berbunga di ladang subur

Di balik takut yang tak pernah hilang
Dan gelisah yang tak pernah usang
Ingin kubersihkan wajah bulan dari kerak awan hitam
Abadikan pesona yang tersembunyi
Sekalipun gerhana di matanya menyimpan luka

Laut tempat menitip senyum tak mau diam
Memilih bergelombang menghantam sunyi
Menepis "jika" di pundak kelelakianku
Dialah bulan separuh yang kusebut purnama
Terjebak bahagia bersyarat air mata

Cintaku membungkus semua keindahannya
Dengan sempurna
Rapi dan berlapis
Sekalipun tidak akan selamat oleh awan putihnya

(Zaini Dawa)
Sumenep, 25 Mei 2024

AKU BISA SAJA MEMETIKMU

AKU BISA SAJA MEMETIKMU Zaini Dawa Melati Aku bisa saja memetikmu Tapi, aku tidak melakukannya Bukan tidak mau Kamu akan layu di saat wangi-...