Kamis, 29 Agustus 2019

GEGGHER TAK E OCOL

Karya: Zaini Dawa

Gembang se egembar e dhalem sorat
Onggu sampek sateyah paggun e rabet
Engkok tak bisa ngosot apa pole a romet
Dinah makkeh sampek'ah bileh eareppah
Eareppah cengarah jek sampek elop
Tapeh pas kabedeen tak padeh ben pangarep
Hokom adet ben tengka se adeddiyagi lontorah panganggep

Duh angin...
Arapah mak tak e kabele sajujureh
Jek saonggunah gik padeh saleng ngambek
Sampek sateyah omur lah talebat
Sampek gembangah lah e petthek oreng

Ancor tang ateh
Remmuk tang dedeh
Mun engak dhek ka robenah
Mun engak dhek caretanah
Se ajelenin odhik pangistoh
Akaton tak dhek'iye'eh deddinah
Gembang se gegger paggun e pergem
Tak taoh jek bedeeh durinah
Tak taoh jek bedeeh gettanah

Kastah gun kareh kastanah
Gembang elop tadhek bunganah
Dusah gun kareh dusanah
Agebei pangarep se tadhek buktenah

Dhekremmah gun se mintaah saporah
Ben se mabeliah misemah

Terjemahan

GUGUR DALAM GENGGAMAN

Gambar bunga di dalam surat
Sampai sekarang sungguh masih terwat
Aku tak kuasa menghapus apalagi meremas
Biarlah sampai kapanpun tetap berharap
Berharap selalu tetap segar
Tapi, keadaan tidak sesuai dengan harapan
Hukum adat dan tradisi telah meluh lantakan sapa

Duhai sang bayu...
Mengapa tidak engkau ceritakan sejujurnya
Bahwa sesungguhnya masih saling berharap
Hingga usia menjadi senja
Hingga bunga itu dipetik orang

Hancur hatiku...
Remuk dadaku...
Bila ku kenang raut wajahnya
Bila ku kenang ceritanya
Menjalani hidup dengan cinta
Tak terbayang akan begini jadinya
Bunga yang jatuh masih dalam genggaman
Tanpa mempredulikan durinya
Tanpa mempedulikan getahnya

Penyesalan tinggallah penyesalan
Bunga itu layu tanpa bahagia
Dosa tinggallah dosa
Memberi harapan yang tiada wujudnya
Bagaimana caranya meminta maaf
Dan mengembalikan senyum manisnya.

Selasa, 20 Agustus 2019

MASAKAN IBU PERTIWI

Ibu pertiwiku tersenyum tua
Memasak di dapur untuk anak-anaknya
Yang hendak pulang kerja

Hemm..
Cucur keringat mengaroma di tubuhnya
Sedapkan makanan kesukaan mereka
Mereka pun datang petangtang-petenteng berdasi
Duduk di kursi bersama rekan koalisi dan oposisi
Lalu makan selahap-lahapnya seperti besok mau mati
Ibu pertiwiku hanya gigit jari
Melihat maknan habis sisanya dikemasi
Masuk ke dalam rangsel lalu pergi lagi

Ibu pertiwiku tersenyum tua
Memaksa diri untuk memasak lagi
Untuk anak-anak yang masih sekolah SD
Kali ini masakannya tidak sesedap tadi
Karena peluh keringatnya sudah habis untuk mewangi

Oh, Ibu pertiwiku...
Aku anak bungsumu ingin tertawa
Hahaaa...
Sepuas ragaku menganga hahahaaa...
Tapi, hanya aku yang tau lucunya
Mereka pasti menganggapku gila
Padahal kegilaanku tergelitik tingkahnya
Yang menghabiskan makanan hingga tulang-tulangnya tak tersisa

Ibu pertiwiku..
Anjing dan kucingmu kurus sekali
Mereka kurang vitamin dan gizi
Makanannya dijarah setiap hari
Oleh mereka, anak sulungmu yang suka makan argumentasi

Karya: Zaini Dawa

~22 agustus 2019~

Senin, 05 Agustus 2019

HARGA DARAH PEJUANG



Indonenesiaku...
Merdeka oleh darah pejuang
Darah yang tercecer dari ibu kota sampai hutan pedalaman
Darah yang tidak dihargai oleh siapapun
Bahkan mayat-mayat mereka tak sempat berkafan
Jadi santapan binatang-binatang kelaparan
Menyisakan semangat juang yang diwariskan
Kepada saudara-saudara seperjuangan
Sekali berteriak "merdeka..."
            Peluru menembus tengkorak
Sekali berteriak "majuuu.."
            meriam mendadak meledak
Komando kumandang takbir
"Allahu Akbar... Allahu Akbar..."
            Membara diujung bambu runcing
Teriakan "hidup atau mati"
            Lelehkan ganasnya timah amunisi
Indonenesiaku...
Merdeka oleh darah pejuang
bukan ludah pecundang
Mereka yang kau sebut pahlawan
Tak sedetikpun menikmati kemerdekaan
Hanya bisa tersenyum di mata uang
Yang kau jarah atas nama tugas
Dan pengabdian hasil merampas
Indonenesiaku...
Dibangun oleh darah pejuang
bukan ludah pecundang
Aku saja muak dengan gayamu
Caramu mengayuh negeri ini
Ini negeri, pakk...
bukan puzzle..
Mestinya kita malu menjadi lintah
Di negeri yang dibangun dengan darah
Ratapan istri dan anak-anak di rumah
Indonenesiaku...
Merdeka oleh darah pejuang
bukan ludah pecundang
Mereka yang kau sebut pahlawan
Membaring kecewa dalam petilasan
Ku harap hari ini perang kembali terjadi
Melawan kompeni yang dulu mereka hadapi
Biar engkau tahu rasa pedih-sadisnya perang
Lalu...
Kita bangun kembali negeri ini
Dari awal kemerdekaan lagi..
(Karya: Zaini Dawa)
~06 Agustus 2019~

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...