Karya: Zaini Dawa
(Puisi ini dibuat utk kolaborasi)
(Puisi ini dibuat utk kolaborasi)
Kesederhanaan matahari menjaring gerimis
Menuntun lirih nafasnmu..
memintaku untuk tersenyum..
Walau hebatnya luka memilih tak berdarah
Luka ini menghentikan detak-detak jantungmu
Di dalam tubuhku
Dan menenggelamkan wajahku
ke dalam lumpur siluet musafir cinta.
Menuntun lirih nafasnmu..
memintaku untuk tersenyum..
Walau hebatnya luka memilih tak berdarah
Luka ini menghentikan detak-detak jantungmu
Di dalam tubuhku
Dan menenggelamkan wajahku
ke dalam lumpur siluet musafir cinta.
Itu salahmu, sayang...
Kamu kalah menghadapi tajamnya lidah
Gagal memaknai matahari terbit
Tetes air mata kau sebut embun pagi
Yang bertahun-tahun bergantung di langit.
Kamu kalah menghadapi tajamnya lidah
Gagal memaknai matahari terbit
Tetes air mata kau sebut embun pagi
Yang bertahun-tahun bergantung di langit.
Sayang...
Pelangi di bola matamu memaksaku untuk ikhlas
Merestui segala apa yang yang engkau mau
Satu-persatu catatan romantis denganmu
Bercucuran dalam peluk terakhir yang tak ku sadari bahwa itu adalah muara.
Pelangi di bola matamu memaksaku untuk ikhlas
Merestui segala apa yang yang engkau mau
Satu-persatu catatan romantis denganmu
Bercucuran dalam peluk terakhir yang tak ku sadari bahwa itu adalah muara.
Aku memilih jalanku tanpa engkau tahu kemana arahnya.
Lupakan saja aku..
Engkau tak perlu berhenti saat melihatku berjalan kaki..
Sendiri..
Jika suatu saat nanti kau temui debu di jalan
Itulah aku...
Lupakan saja aku..
Engkau tak perlu berhenti saat melihatku berjalan kaki..
Sendiri..
Jika suatu saat nanti kau temui debu di jalan
Itulah aku...
Sayang...
Bekas-kecupan mesra menggoyang ikhlasku
Kaku mejadi relief di belahan bibirmu
Dan ikhlasku lapuk menjadi segenggam pasir
Jika suatu saat kau temui ia terhempas angin
Itulah aku...
.
Kini...
Halaman sudah menghilang
Taman sudah kerontang
Tinggal bagaimana mengikhlaskanmu
Walau luka ini ku bawa mati.
Bekas-kecupan mesra menggoyang ikhlasku
Kaku mejadi relief di belahan bibirmu
Dan ikhlasku lapuk menjadi segenggam pasir
Jika suatu saat kau temui ia terhempas angin
Itulah aku...
.
Kini...
Halaman sudah menghilang
Taman sudah kerontang
Tinggal bagaimana mengikhlaskanmu
Walau luka ini ku bawa mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar