Karya: Zaini Dawa
Aku merasakan pekatnya langit
yang diceritakan para leluhur
Asap menghitam oleh persekutuan batu dan debu,
kerikil dan pasir.
Sumur-sumur kering menua
Tertimbun bangkai binatang menelan kehausan
Untuk menikmati gemulai mata air tanah ini.
yang diceritakan para leluhur
Asap menghitam oleh persekutuan batu dan debu,
kerikil dan pasir.
Sumur-sumur kering menua
Tertimbun bangkai binatang menelan kehausan
Untuk menikmati gemulai mata air tanah ini.
Aku merasakan pekatnya langit
yang kemaren di ceritakan biyung
Daun-daun menguning
gugur sebelum berganti musim
Paru-paru bumi sesak oleh asap cerutu
Kupu-kupu tak dapat menghisap sari-sari bunga lagi
Burung-burung tak mampu mencium aroma kening bumi.
yang kemaren di ceritakan biyung
Daun-daun menguning
gugur sebelum berganti musim
Paru-paru bumi sesak oleh asap cerutu
Kupu-kupu tak dapat menghisap sari-sari bunga lagi
Burung-burung tak mampu mencium aroma kening bumi.
Aku merasakan indahnya langit biru
Yang kemaren diceritakan pendongeng
Para kekasihku tertawa bahagia
Bayi-bayi yang lahir langsung tersenyum
Mendengar suara mesin ATM.
Yang kemaren diceritakan pendongeng
Para kekasihku tertawa bahagia
Bayi-bayi yang lahir langsung tersenyum
Mendengar suara mesin ATM.
Aku meyakinkan diri
Bahwa penderitaan ini
Akan berakhir sampai disini.
Tapi,
Rumahku digerogoti rayap
Yang tak mengenal apa itu kayu,
apa itu bambu, apa itu batu.
Bahwa penderitaan ini
Akan berakhir sampai disini.
Tapi,
Rumahku digerogoti rayap
Yang tak mengenal apa itu kayu,
apa itu bambu, apa itu batu.
Kekasihku yang tahu itu ingin berteriak
Mengajak burung gagak memainkan irama cakarnya
Dan membilas polesan make up-nya
Karena telah membuat mimpi-mimpinya
Mengambang seperti buih dimainkan angin.
Mengajak burung gagak memainkan irama cakarnya
Dan membilas polesan make up-nya
Karena telah membuat mimpi-mimpinya
Mengambang seperti buih dimainkan angin.
Oh kasih...
Bagaimana bisa ku hentikan matahari di atas rel kereta api
Bagaimana bisa ku cium tangan-tangan amis bercorak melati
Sementara tanganku membendung air mata anak sungai
Yang takut bermain mata di rumah sendiri.
Bagaimana bisa ku hentikan matahari di atas rel kereta api
Bagaimana bisa ku cium tangan-tangan amis bercorak melati
Sementara tanganku membendung air mata anak sungai
Yang takut bermain mata di rumah sendiri.
Aku tulis cerita itu di sebuah warung
Di saat kaki mereka menggantung di bawah kursi panjang
Ditemani manusia-manusia bermata sipit
Indahnya mutiara di dasar laut
Merdunya Kicauan burung-burung
Nikmatnya suguhan susu coklat
Aroma cengkeh dan lezatnya palawija.
Di saat kaki mereka menggantung di bawah kursi panjang
Ditemani manusia-manusia bermata sipit
Indahnya mutiara di dasar laut
Merdunya Kicauan burung-burung
Nikmatnya suguhan susu coklat
Aroma cengkeh dan lezatnya palawija.
Mungkin terlalu banyak daging yang mereka telan
Hingga memuntahkan kotoran berbau syetan.
Di warung itu
Aku menyaksikan skenario drama cinta babi buta
Yang disutradarai seniman asal Belanda
Hingga memuntahkan kotoran berbau syetan.
Di warung itu
Aku menyaksikan skenario drama cinta babi buta
Yang disutradarai seniman asal Belanda
Aku tersentak kaget
Dan hampir semaput
Tapi, hanya satu menit
Selebihnya aku menjadi bulan-bulanan puisi
Yang di teriakkan Taufiq Ismail, Chairil Anwar, dan WS. Rendra.
Dan hampir semaput
Tapi, hanya satu menit
Selebihnya aku menjadi bulan-bulanan puisi
Yang di teriakkan Taufiq Ismail, Chairil Anwar, dan WS. Rendra.
Kekasihku tersenyum kesakitan
Tersebab luka lama belum jua sembuh
Dan aku tidak akan meninggalkannya sendirian
Jika kekasihku mati
Akulah pengecut pertama yang ditulis dalam buku sejarah.
Tersebab luka lama belum jua sembuh
Dan aku tidak akan meninggalkannya sendirian
Jika kekasihku mati
Akulah pengecut pertama yang ditulis dalam buku sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar