Jumat, 26 Juni 2020

Sendiri Kesakitan


Dengarlah wahai kekasihku...

Kesendirianmu seperti butiran air hujan dalam aliran darahku
Tak pernah reda mengorek rinduku untukmu
Kesakitanmu telah membuat
dadaku terbelah
Tiada henti-hentinya meneteskan air mata darah.

Keadaanmu mejadi dilema perjalanan matahari
mewakili bekunya embun pagi.

Bumi dan langit tak akan pernah satu nafas
Walau gemerisik angin mengundang gerimis.

Sepertinya tuhan sedang mengajarimu untuk tersenyum
Sekalipun dalam keadaan sekarat
Sumenep. 26 juni 2020
Zaini Dawa

Rabu, 24 Juni 2020

MASIH


Untukmu yang pernah aku singgahi
Dan masih tetap aku jumpai
sampai saat ini.

Semoga suaraku tidak mengganggu tidurmu
Suara yg berkelana diantara tidur dan jagaku
Memutar kembali sketsa derama percintaan
Yang sempat dimainkan badai dan taupan.

Bayangmu menyelubungi malam-malamku
Dan hari-hari yang tak pernah lepas hingga aku menemukanmu.
Terluka...
Pada saat dia mabuk
Tertekan...
Pada saat dia terhimpit.

Dalam kondisi seperti ini
Aku memang tak terlihat apa-apa
Aku sadari lukamu itu sebuah patahan
Tak mungkin disambung dengan benang murahan
Yang mudah ditemukan di pinggir jalan.


Sumenep. 26, Juni 2020
ZainiDawa

Selasa, 23 Juni 2020

BUNGA LAYU DALAM KACA


Aku...
Setangkai bunga
yang kau simpan dalam kaca
Tangkai itu...
Telah patah seribu
Dan bunga layu tiada bermadu.

Engkau kekasihku yang ditakdirkan bersama orang lain
Demi cinta..
Telah aku tahan beribu suka dalam batin
Telah aku korbankan waktuku untuk menganyam sebilah mimpi
Hingga ku abaikan usia matahari..

Selama ini
Aku terbuai desir lembut angin
Yang menepikan buih-buih di lautan
Melambaikan rumbai-rumbai janur kuning
Menyalami jiwa yang nyaris mati tergantung.

Mata terpejam
Terbayang balutan luka yang terlihat akan indah pada masanya
Seakan-akan akulah satu-satunya cinta yang akan engkau genggam
Nyatanya aku terbuang jatuh tertimpa tangga
Aku seperti kelana angin tak bermusim
Sepi...
Sunyi..
Sendiri..

Aku lah bunga dalam kaca
Korban kebutaan cinta


Madura. 24'juni'20
Zaini Dawa

Senin, 15 Juni 2020

KUDETA CINTA



Semilir angin mengusap rasa yang pernah merajai hati
Tersirat bayangan sendu di ruang hasrat imaji
Kidung asmara mendesah nafas pilu di setiap eja
Merasakan pahitnya titian sapa diretas kudeta cinta.

Kemanakah kiranya hatimu bertandang
Menjemput seruas hasrat dalam satu pandang
Membawa serpihan-serpihan fatamorgana
Memadukan waktu dapat ku peluk erat mesra.

Aku tidak mampu melawan kehendak tuhan
Yang menunutunku melalui isyarat kedip rembulan

Kepada hujan yang selalu bercerita
Melalui irama rintik tulus beningnya
Seperti bait-bait rinduku yang kerap berharap
Suatu saat ia akan menetes membasahi hatimu.

Aku tidak perlu menghitung detak jantugmu
Ataupun mengukur kedalaman air matamu
Semuanya bergerak tiba-tiba dan menjadi kaku
Semuanya berjalan seperti yang dinazarkan kupu-kupu.

Engkau adalah elok senja yang dikalahkan angin
Bertaut selaksa riuh gelap di bibir cakrawala langit jingga.



Sumenep, 01 sept 2020
Zaini Dawa

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...