Rabu, 16 September 2020

KASIH IBU



Engkau wanita tercantik di dunia
Kemewahan permata memudar di pipimu
Luasnya samudera
Tingginya langit
Beratnya bumi
Hanyalah sesuap nasi di ujung jemarimu.

Engkau mencintaiku
Jauh sebelum aku berharga
Sampai tujuh bidadari menyunting bunga-bunga
Engkau tetap tersenyum dengan rona kenakalanku.

Di dalam lesung pipimu
Kutemukan senyum dan air mata.
Samudera kasih yang terbaca
Lewat garis-garis di keningmu

Ibuku pahlawanku
Ibuku bidadariku
Aku tak mungkin memindahkan surga di bawah telapak kakimu
Dengan apapun
Apapun
Apapun itu

Jantungku berdenyut dalam detak do'a-do'amu, ibu
Nyawamu kau jadikan saluran nafasku
Menyatu dalam butiran-butiran darah
Setelah itu engkau tiada
Dan aku menjadi bocah yg terbuang dari sayap malaikat.

Sumenep, 19'09'20

Zaini Dawa

Kamis, 10 September 2020

NEGERI DI BALIK API

Cintamu...
Bersemi di balik api
Liar menjalar
Berkobar menebar abu jahannam di negeriku.

Keringat bicara api
Air mata bicara api
Tangan bicara api
Api membara keji beraksi
Kanibal elit memangsa bangsa sendiri.

Hutan-hutan sepi kicau burung
Pasar-pasar sepi pengunjung
Gunung-gunung ditinggal petualang
Dan ranting-ranting kering
adalah selingkuhanmu menangkis tuding.

Ego menyala
Serakah membara
Cintamu membakar aroma do'a
Hilang pura-pura
Dusta berganti.

Engkau bersiul
Tenggelam kenikmatan
Larut ke dalam secangkir kopi hitam
Sisa permainan api semalam.
Aku mengorek tumpukan abu yang terpanggang
Di sini ku temukan
Cintaku hangus
Rinduku hangus
Mimpiku hangus

Harapanku hangus

Kebenaran hangus

Keadilan hangus

Dilalap sumpah yang tidak becus
Dan urat malumu yang terputus.


Sumenep, 06'09'20

Zaini Dawa

Rabu, 09 September 2020

PUISI DUET_PENGKHIANATAN CINTA DAN KUDETA CINTA



Semilir angin mengusap rasa yang pernah merajai hati
Tersirat bayangan sendu
di ruang hasrat imaji
Kidung asmara mendesah nafas pilu di setiap eja
Merasakan pahitnya titian sapa diretas kudeta cinta.

Rasanya aku ingin mencungkil mataku
Dan menutupinya dengan bayangan hitam di pundakmu
Tapi, itu tidak mungkin
Karena aku masih ingin melihat akhir kisahmu
Kisah bersamanya yang kau pertaruhkan atas diriku
Sekalipun sangat menyakitkan.

Kemanakah kiranya hatimu bertandang
Menjemput seruas hasrat dalam satu pandang
Membawa serpihan-serpihan fatamorgana
Memadukan waktu dapat ku peluk erat mesra.

Aku tidak mampu melawan kehendak tuhan
Yang menunutunku melalui isyarat kedip rembulan

Ketika burung-burung camar menari
Menanti kehangatan mentari pagi
Airmata adalah caraku berbicara tentang langit yang terlihat kosong.

Kepada hujan yang selalu bercerita
Melalui irama rintik tulus beningnya
Seperti bait-bait rinduku yang kerap berharap
Suatu saat ia akan menetes membasahi hatimu.

Kepada awan yang menyimpan pelangi
Kepada angin yang menggoyang ilalang
Kepada ranting yang menaggung putik dan benangsari
Aku mengutuk bayangan mesra di depan mataku sendiri...
Sebuah kenyataan yang tak pernah aku bayangkan akan terjadi dalam hidup ini.

Engkau benar-benar keterlaluan
Tidak memperhatikan bagaimana hancurnya hatiku.

Aku tidak perlu menghitung detak jantugmu
Ataupun mengukur kedalaman air matamu
Semuanya bergerak tiba-tiba dan menjadi kaku
Semuanya berjalan seperti yang dinazarkan kupu-kupu.

Dari semua kata sedih yang pernah aku katakan
Tak lebih menyiksa dari penghianatan.
Meleleh... Membara... dan mendidih...
Di dalam tubuhku yang dulu pernah engkau kagumi.

Engkau adalah elok senja yang dikalahkan angin
Bertaut selaksa riuh gelap di bibir cakrawala langit jingga

Aku tidak marah...
Aku hanya kecewa...
Kecewa yang menutup semua pintu rayu

Hatiku seperti mobil mewah.
Cukuplah dua pintu saja.
Satu pintu untukmu dan satu lagi untuk yg menguasaiku

Sumenep, 01 sept 2020
Zaini Dawa

#
##

Keterangan:

 https://youtu.be/uyDZxlDJoyE

Puisi ini merupakan gabungan dari dua puisi yang berjudul "Pengkhianatan Cinta" (ditulis font italic) dan "Kudeta Cinta." (ditulis font bold)

Puisi ini sengaja dibuat untuk memenuhi konsep kolaborasi pembacaan puisi.

Sangat cocok sekali bila "Pengkhianatan Cinta" dibacakan oleh suara wanita. Sementara "Kudeta Cinta" dibacakan oleh suara laki-laki.

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...