Senin, 26 April 2021

TAKJIL

Seperti rindu yang terpenjara
Perjumpaan yang dimimpikan
Menggeliat hebat mengguncang dada

Cintaku karena kasihmu
Hingga ku abaikan corong-corong yang tegak menghadap ke barat dan ke timur.
Dan lagu-lagu merdu yang berteriak-teriak memanggil namamu
Sebab aku tahu engkau lebih dekat dari urat nadiku.

Sepantasnya aku malu
Dan aku lebih memilih malu
Dengan rasa rakus yang menguasi benak beringas seperti penganten baru
Untuk kau hajar kerak-kerak hitam di tubuhku.

Seperti terbuai kenikmatan
Dan tatapanmu yang meneteskan madu
Telah mengacak-acak otak dan pikiran
Sebab tajalliku menggereget dalam takjilku.

Sumenep, 27 April 2021

Zaini Dawa

AIR MATA TERAKHIR

Mendung apa gerangan di balik hujan air matamu
Menderu seolah-olah esok tidak ada lagi matahari.

Engkau datang mengadukan nasib air mata
Menghakimi kekalahan-kekalahan yang menindas isi kepala
Menanggung semua rasa yang terselip diantara dua luka
Dan kau ingin menukarnya dengan retaknya do'a do'a.

Diantara kita tidak ada dusta
Tidak ada kecewa
Tiba-tiba ruang tersekat dan waktu terhenti
Pada saat debur-debur darah segar mengguncang mimpi

Kalau saja mereka mengerti pemberontakan
Cukup dengan setetes air mata
Dunia ini akan tenggelam ke dalam nestapa
Nyatanya...
Air matamu tetap saja menggenangi pangkuan.

Baiknya kita berteduh di bawah takdir
Bukan menyumpahi pertemuan-pertemuan yang kini terkapar
Dan menjadi risalah air mata terakhir
Karena kekalahanku adalah seni membuat titik bergetar.

Sumenep, 26 April 2021

Zaini Dawa

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...