Menderu seolah-olah esok tidak ada lagi matahari.
Engkau datang mengadukan nasib air mata
Menghakimi kekalahan-kekalahan yang menindas isi kepala
Menanggung semua rasa yang terselip diantara dua luka
Dan kau ingin menukarnya dengan retaknya do'a do'a.
Diantara kita tidak ada dusta
Tidak ada kecewa
Tiba-tiba ruang tersekat dan waktu terhenti
Pada saat debur-debur darah segar mengguncang mimpi
Kalau saja mereka mengerti pemberontakan
Cukup dengan setetes air mata
Dunia ini akan tenggelam ke dalam nestapa
Nyatanya...
Air matamu tetap saja menggenangi pangkuan.
Baiknya kita berteduh di bawah takdir
Bukan menyumpahi pertemuan-pertemuan yang kini terkapar
Dan menjadi risalah air mata terakhir
Karena kekalahanku adalah seni membuat titik bergetar.
Sumenep, 26 April 2021
Zaini Dawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar