Sabtu, 19 April 2014

MELIPAT TATAL DUKA



            By: Zaini dawa
Jauh sudah aku menapaki
Jalan-jalan berkerikil tajam
Biarpun tapak bengkak
Asalkan hati tiada sunyi
            Karenamu.....
            Tinta ini kembali kutuang
            Basahi cinta ang nyaris hilang
            Tebuang di gelanggang juang.
Karenamu.....
Kulipat tatal duka
Kurapikan sepihan asa
Agar tak patah senyummu
Dan rapauh bahagiamu

Minggu, 06 April 2014

CINTA GILA

By : Zaini Dawa


Mawar...
Engkau tak perlu bingung
Sebab bintang tertutup mendung
Engkau tak perlu bersedih
Walupun diantara kita harus ada yang tersisih.
Engkau tak perlu gelisah
Hingga tapak-jejak berujung pasrah

Laut mana yang tak bergelombang
Daun apa yang tak diayunkan angin
Ingat pantai yang akan menghentikan
Ingat ranting yang akan melenting

Mantra-mantraku berupaya mencari rupa
Pada setiap huruf-hutuf menitipkan raga
Raga yang terseret ke rongga kuncup bunga
Melanjutkan kisah cintanya Yusuf dan Zulaikha

Mawar...
Jika kata-kata ini berubah nama menjadi angin
Biarkan ia berdesir bertiup membelai rambutmu.
Biarlah ia bertiup memainkan lentera kecil di kamar pengaten
Biarlah ia sempurna memiliki tanpa kau tahu

Jika benar cinta itu gila…
Hantarkan aku ke rumah sakit jiwa
Bekali aku sepatah kata
Akan aku tukar seribu daya

Jika benar cinta itu buta…
Berilah aku sepotong rotan
Sebagai mataku menjalani kehidupan.

Mawar...
tajamnya seribu duri menusuk kulit
satu dua hari pasti bisa kucabut
tapi, tidak...
Tidak dengan cintamu
biarkan tetap meruncing
Menusuk-nusuk daging
Aku tidak akan mati
tidak akan mati...

https://youtu.be/ch4GJhlxhAk

Jumat, 04 April 2014

MAWAR BERDURI



Dengan mata telanjang
Ku coba menadah langit
                Menepis matahari...
                Mengais pelangi...
                Menapak bulan...
               Mengurung fajar...
Agar  dapat menjelma sukmamu ..............
Tapi, masya allah....
Di langit kau telah meremas-remas rinduku yg terkelupas
Memapar taring –taring halilintar
Dan mengikir taring –taring petir
Dan, subhanallah ......
Dinding kerajaan di relung hatimu
Begitu kokoh untuk bisa di tembus
Hanya dengan syair dan puisi
Dan, inna lillahi ..................
Kini, beliung sunyi telah mati
Tertusuk bunga mawar berduri.

                                                  BY: Zaini dawa

BELIUNG RASA

Siang sudah hampir hilang
Malam akan segera datang
Aku mulai berdikir
Meyebut nama yang terukir
Dalam hati tak bertabir
            Siram redupnya malam
            Dg tetesan embun di wajah
            Dan linangan air mata rindu
            Agar...
            malam tak lagi dungu membisu
            Seperti yang dulu.....
Atas nama cinta......
Aku kalungkan matahari
Untukmu
Yang slalu bersandar di relung hati
Agar raut beliung sunyi
dan rasa mati
Bersembunyi
di balik jari-jemari.
                                                    BY: Zaini Dawa

Rabu, 02 April 2014

MENGENANG JASA GURU



BY: Zaini Dawa
Guru….
Di rumah kau tingglkan anak-anakmu
Melangkah menelusuri pagi
Terasa embun jadi permata
Terasa debu yang menempel di kaki
Akan jadi pernik-pernik bidadari
Terik matahari tak kau hiraukan
Hujan… badai… kau abaikan.
Demi seteguk air mata air di tanganmu
Tapi…
Bila... kita disni,
Pantaskah aku tegak berdiri terpukul matahari
Guru….
Di pundakmu terpikul bongkahan tanggung jawab.
Terbawa langkah kecil terengap-engap.
Keringat bercucuran basahi kerah bajumu
Teringat ranting sudah bertangkai
Disini kau dapati suguhan kepayahan dan ronta kenakalanku
Yang bagi orang lain tentu meremas-remas dasi
Tapi…
Kemarahanmu terbungkus diam tertutup senyum
Lalu aku sadar…
ternyata senyummu itu leburkan kepala-kepala batu
Guru…
Aku adalah ranting yang sudah bertangkai
Aku tumbuh di bawah tapak-tapak kakimu
Aku kuncup di antara telapak tanganmu
Maka….
Izinkan mala ini aku kalungkan bunga ini padamu
Hati ini menjerit, jika semerbak itu tak kau cium
Hati ini bersalah jika bunga tak layu di pundakmu
Guru…
Aku tahu, aku tak kan pernah mampu balas budi
Ucapan terimaksihpun tidaklah cukup menghapus debu-debu kapur yang mengotori
Malam ini aku tak kuasa melihatmu
Duduk… berdiri… dihadapanku
Lantaran jiwaku tertimbun gundukan salju
Yang tercipta dari setitik noda dalam kalbu
Aku menyesaaal guru…
Aku sediiiiih sekali guru…..
Kalau akhirnya kita harus berpisah disini
Pergi membawa keeping-keping kerinduandan sebongkah harapan
Malam ini bumi darissalam di guyur air mata,
di terpa angin membiaskan sayonara
hati ini gemetar menggelora karena asa di penjara rasa
hanya maafmu guru yang bisa membendung deraian air mata ini.
Terima kasih guru…
atas serpihan kasih sayangmu
Sematkan aku dalam do’amu
Agar ranting ini terus bertangkai…
Kuncup… dan berbunga….

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...