Rabu, 02 April 2014

MENGENANG JASA GURU



BY: Zaini Dawa
Guru….
Di rumah kau tingglkan anak-anakmu
Melangkah menelusuri pagi
Terasa embun jadi permata
Terasa debu yang menempel di kaki
Akan jadi pernik-pernik bidadari
Terik matahari tak kau hiraukan
Hujan… badai… kau abaikan.
Demi seteguk air mata air di tanganmu
Tapi…
Bila... kita disni,
Pantaskah aku tegak berdiri terpukul matahari
Guru….
Di pundakmu terpikul bongkahan tanggung jawab.
Terbawa langkah kecil terengap-engap.
Keringat bercucuran basahi kerah bajumu
Teringat ranting sudah bertangkai
Disini kau dapati suguhan kepayahan dan ronta kenakalanku
Yang bagi orang lain tentu meremas-remas dasi
Tapi…
Kemarahanmu terbungkus diam tertutup senyum
Lalu aku sadar…
ternyata senyummu itu leburkan kepala-kepala batu
Guru…
Aku adalah ranting yang sudah bertangkai
Aku tumbuh di bawah tapak-tapak kakimu
Aku kuncup di antara telapak tanganmu
Maka….
Izinkan mala ini aku kalungkan bunga ini padamu
Hati ini menjerit, jika semerbak itu tak kau cium
Hati ini bersalah jika bunga tak layu di pundakmu
Guru…
Aku tahu, aku tak kan pernah mampu balas budi
Ucapan terimaksihpun tidaklah cukup menghapus debu-debu kapur yang mengotori
Malam ini aku tak kuasa melihatmu
Duduk… berdiri… dihadapanku
Lantaran jiwaku tertimbun gundukan salju
Yang tercipta dari setitik noda dalam kalbu
Aku menyesaaal guru…
Aku sediiiiih sekali guru…..
Kalau akhirnya kita harus berpisah disini
Pergi membawa keeping-keping kerinduandan sebongkah harapan
Malam ini bumi darissalam di guyur air mata,
di terpa angin membiaskan sayonara
hati ini gemetar menggelora karena asa di penjara rasa
hanya maafmu guru yang bisa membendung deraian air mata ini.
Terima kasih guru…
atas serpihan kasih sayangmu
Sematkan aku dalam do’amu
Agar ranting ini terus bertangkai…
Kuncup… dan berbunga….

Tidak ada komentar:

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...