Jumat, 18 September 2015

DERMAGA PERPISAHAN



Kasat kusut catatan bercoret
Menjadi prasasti sejarah kehidupan
Dari masa cengeng ke masa seru
Terus bergulir menelusuri waktu
          Terkadang aku menangis ketika aku disuruh
          Terkadang aku berlari ketika aku salah
          Terkadang aku sedih kamu marah
          Dan terkadang aku tertawa ketika aku lupa
Pedihnya penyesalan belum aku rasa
Salah dan dosa belum tereja
Tapi bila sampai waktunya
Hati ini akan menjerit meraba dada
Sambil menatap potretmu
Sambil mengenang seagala jasa
yang belum pernah terbayar
Ku merintih dalam doa
          Astagfirllah robbal baroya.....
Malam ini aku tak tahu apa apa
Kanan kiriku penuh dengan tanya
Munkin saja berwibawa penuh damba
Atau hina dina tak berharga dan tak berguna
Ibu jari ataukah kelingking yang akan kau acungkan
Tapi...........
telunjukmu adalah kompas dihatiku
          kawan....
masih ingatkah kau, dulu...
          ketika kita masih kecil mungil
mereka tampil seperti anak kecil
masih ingatkah kau, dulu...
ketika kita nakal
mereka tabah dan tak kehabisan akal
          masih ingatkah kau, dulu...
          ketika kita lamban
          mereka tetap menaruh harapan
                    tapi, kini lihatlah...
                    kami berdiri tegak menjadi pelangi
                    menyambut mata pelita siang hari
                    menggantung dilangit bagai rembulan
                    membiaskan cahaya di setiap rongga kegelapan
nanti....
bila semua ini aku kenang
dari setiap sudut otak terpencil
akan bermunculan kata haru nan pilu
dan menhimpit keajaiban dimasa itu
malam ini isak tangis bercucuran air mata
bila teringat peristiwa tumpah tinta
dan meresapi kembali fatwa-fatwa cinta
bertahun-tahun acuh hampa tampa makna
pedih perih bersimpul sesal kini terasa
disini...
di ujung  dermaga perpisahan
setelah lepas mata memandang samudera harapan
guru...
capek, lelah, letihmu itu biar aku bayar
dengan kilauan mutiara air tawar
dengan seribu pesona terencana pasti
ini janji terus hinggapi mimpi-mimpi
         
maafkan aku.....
maafkan kami semua.....




zainialbert@gmail.com

Tidak ada komentar:

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...