Sabtu, 10 Oktober 2020

CINTA DAN KEMATIAN PENYAIR

Inilah aku
Sesosok tubuh yang tak dihendaki penguasa
Inilah aku
Bait-bait puisi yang ditulis dari nyawa manusia
Ditendang sepatu pantofel
Dihantam batu amoral

Perkenalkan..
Aku seekor burung hantu yang berkali-kali mati
Lalu hidup lagi
Berkali-kali terbuang
Lalu kembali berjuang
Sebab aku mencintaimu.

Perkenankan aku berkicau riuh
Menari-nari menyaksikan tawa bodoh
Memburu gemuruh rentak kepalsuan
Karena diamku adalah kematian

Perkenankan aku menggoyang pohon yang berbuah lebat
Sekalian aku kumpulkan menjadi sajak bermata celurit
Karena diamku adalah kelaparan.
Tanganku gemetar diatas tanah pengecut
Menyaksikanmu dalam kondisi gawat darurat.

Aku tak perlu mengisap cerutumu
Karena aku lebih memilih duduk bersama mereka
Sekalipun terluka
Sekalipun terasing di rumah sendiri
Dari pada menyaksikan bercak darah esok pagi
Sebab aku mencintaimu.

Saksikanlah wahai generasi bangsa
Bagaimana bapakmu beringas seperti setan
Bagaimana pamanmu diamuk tanpa ampunan
Bagaimana kakakmu ganas melawan.

Tubuh yang kokoh
Penuh wibawa
Seenaknya melonggarkan kain kematian
Mengerahkan cakar di balik dingding
Menembus kulit, daging, dan jantung.

Mulut mengumpat
Seperti mulut orang-orang terhebat
Tangan menampar
Seolah-olah peluru nyasar
Kaki menerjang
Sekan-akan kekuasaan itu warisan nenek moyang.

Kalian pikir..
Kematianku adalah kemenanganmu
Oohh.. tidak
Aku akan bangkit
Dan melahirkan ribuan prajurit
Dari setiap diksi yang kubangun

Pujangga bangsa pancasona tanah air
Abadimu...
Abadiku...
Bergulir larut dalam darah penyair.

Zaini Dawa

10 oktober 2020

Tidak ada komentar:

RAPUH

Puisi Prosais (Zaini Dawa) Bisaku tawar dalam sunyi Lenyap sapa ronta aksara Tampak rupa kurasa hilang kujaga Betapa rapuhnya aku menanggung...